Pesona Hutan Payau 2012

 
Hutan Payau Teritih ini hampir seluruhnya lebih kurang 10 ha ditumbuhi dengan tanaman bakau. Untuk menelusuri hutan ini dapat menggunakan jembatan - jembatan penghubung bambu. Hutan ini terletak 3 km dari terminal bis di Gunung Simping dan dengan mudah dapat dicapai dengan kendaraan umum.
Pengunjung yang ingin meneruskan perjalanan ke Pangandaran di Propinsi Jawa Barat melalui laut selatan, dapat naik kapal ferry yang menghubungkan Cilacap - Pangandaran.



Kawasan Hutan wisata payau berada di Kelurahan Tritih Kulon, tepatnya rw 06 / rt 03 Cilacap Utara Kabupaten Cilacap, di tahun awal perintisan sekitar dekade 90-an kawasan tersebut memang di arahkan sebagai salah satu tempat tujuan wisata keluarga di wilayah Banyumas dan sempat menjadi salah satu primadona tempat wisata karena "jembatan goyang-nya', istilah jembatan goyang diambil dari testimoni wisman yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut yang merasa enjoy ketika melintasi jembatan goyang , dengan struktur bangunan terbuat dari bambu, dan karena letak kontruksinya berada di sela-sela pohon bakau jadi ketika dilewati akan terasa bergoyang.

Potensi melahirkan income tambahan bagi masyarakat sekitar pun makin nyata ketika banyaknya  jumlah wisman yang datang untuk menikmati suasana kawasan hutan bakau yang sarat dengan ekosistim payau nya. Ratusan jumlah pedagang tercatat aktif melakukan aktifitas bisnisnya di kawasan wisata tersebut hingga layaknya proses transaksi di pasar pada umumnya, karena tidak hanya pedagang makanan dan minuman  saja namun berbagai cendera mata khas wisata payau pun bisa di jajakan di lapak mereka. Ya memang sangat menjajikan potensi yang ada waktu dekade 90-an.

Hutan mangrove bukan satu-satunya daya tarik dari kawasan wisata tersebut, namun dengan adanya sejumlah hewan langka dengan status dilindungi oleh pemerintah pun menjadi daya tarik tersendiri, tidak cukup disitu saja bahkan wisman sangat menyukai paket perjalanan wisata air dengan menggunakan perahu kayu untuk menikmati pesona hutan mangrove yang lain di kawasan tersebut. Kolam pancing, wisata sepeda air, dll merupakan rangkaian dari pesona wisata hutan payau.

bersambung...

Hutan Payau 2013
Di tahun 2000 sampai sekarang tahun 2013, Obyek Wisata Hutan Payau lebih sering dijadikan tempat untuk "field trip" dari rekan rekan mahasiswa dari berbagai kampus yang memang konsen dengan kajian kehutanan serta biota payau pada umumnya. Dari pemilik kebijakan (pemda.red) Kabupaten Cilacap juga sepertinya sengaja melakukan pembiaran terhadap kawasan Obyek wisata hutan payau dan tidak menjadikannya prioritas untuk dilakukannya perbaikan sarana obyek wisata tersebut. seperti telah di sampaikan sebelumnya, potensi kawasan wisata tersebut sebenarnya sangat memiliki potensi yang sangat bagus dan strategis dimana bukan hanya kajian biota payau saja yang dapat dioptimalakan, melainkan sinergi dari semua potensi yang ada hingga kawasan tersebut menjadi milik bagi semua. Jadi kami selaku bagian dari lingkungan sekitar kawasan hutan tersebut, selalu optimis bahwa pemberdayaan kawasan obyek wisata hutan payau akan kembali pulih karena siapa lagi kalau bukan kita yang terdepan dalam upaya upaya untuk selalu melestarikan kawasan Obyek Wisata Hutan Payau Cilacap.

seperti diwartakan oleh [kesemat.blogspot.com] bahwa :  


Hutan payau didirikan pada tahun 1978 dan baru dijadikan hutan kota berdasarkan keputusan Bupati Cilacap pada tanggal 2 Maret 2009, dengan luas 10 hektar. Lokasi hutan langsung berbatasan dengan area pesawahan warga dan hanya dibatasi oleh pematang saja (unik bukan?).

Menurut penuturan warga, mangrove yang berada di lokasi ini, mendapat suplai air payau dari sungai Lester yang langsung terhubung dengan laut. Sementara itu, lokasi hutan payau sedang dalam perbaikan karena banyak fasilitas umum yang rusak sehingga jarang ada pengunjung yang datang (lihat foto di atas).

Hasil monitoring dan peninjauan menunjukkan bahwa kondisi mangrove di tempat tersebut cukup bagus. Berdasarkan papan informasi yang telah dipasang oleh Perum Perhutani KPH Banyumas Barat dan DISHUTBUN kabupaten Cilacap, di lokasi ini terdapat 15000 pohon mangrove yang terdiri dari Tancang ( Bruguiera gymnorrhiza), Api-api (Avicennia sp), Bakau Bandul (Rhizophora mucronata) dan Bakau Kacangan (Rhizophora apiculata).

Sementara itu, di hutan payau ini juga terdapat mangrove asosiasi seperti Jeruju ( Acanthus ilicifolius), Waru dan Ketapang (Terminalia catappa). Sebagian besar mangrove tersebut merupakan hasil penanaman yang dilakukan sejak tahun 1978. Dengan kerapatan yang cukup tinggi, mangrove-mangrove ini terlihat sangat lebat di sepanjang walking track yang dilalui, walaupun di bagian belakang ujung jalan terdapat mangrove yang rusak karena ditebangi oleh warga sekitar untuk dijadikan kayu bakar.

Kami sempat bertanya kepada warga yang sedang melakukan penebangan mangrove. Menurut mereka, alasan memilih kayu mangrove untuk dijadikan kayu bakar adalah karena kayu mangrove lebih kuat dan tahan lama. Mendengar penuturan mereka, kami sedih karena penebangan ini tidak dilanjutkan dengan program penanaman apalagi pemeliharaan.

Ekosistem mangrove di sini dihuni oleh banyak sekali biota mangrove, yang bisa teramati secara kasat mata, seperti ikan Gelodok, Uca, Udang Pistol, Tanggal, burung, berbagai jenis ikan dan lain-lain. Mereka terlihat sedang beraktivitas mencari makan di area mangrove. 

Warga sekitar banyak juga yang mengais rejeki di hutan mangrove seperti mencari ikan dan mencari Tanggal untuk dijual ke pasar dengan harga 4000/kg-nya, tetapi (anehnya) masih saja ada oknum warga yang suka merusak mangrove dengan sengaja.

Andaikata mangrove bisa berbicara, pasti warga sekitar akan mendengarkan jeritan mangrove yang mengatakan bahwa mereka sangat bermanfaat bagi manusia dan generasi penerusnya. Untuk itulah, mari kita jaga dan lestarikan mangrove kita mulai dari sekarang! Semangat MANGROVER!



Keanekaragaman jenis mangrove yang ditemukan di Segara Anakan sangat beragam, baik mangrove mayor, mangrove minor maupun mangrove asosiasi. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan antara lain yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras floridum, Acrosticum aureum, Derris trifoliata dan Acanthus ebracteatus...demikian hasil survei Analisa Vegetasi (AVEG) tahun 2012 yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) Indonesia

========
Update Image Kawasan Hutan Wisata Payau, Mei 2013 ; 
========




Foto tersebut diambil pagi hari Jum'at tanggal 3 Mei 2013, dan suasana kawasan hutan wisata payau cilacap nampak sudah tidak ter-urus dengan baik dan fasilitas bangunan pendukungpun sudah musnah. Hal ini nampaknya merupakan bentuk pengembalian fungsi hutan mangrove pada umumnya atau memang ketiadaan yang disengaja. 

Comments

  1. terima kasih atas infonya mas, saya jadi teringat tahun lalu ketika berkunjung disana saat kuliah lapangan tahun lalu...

    ReplyDelete
  2. bener mas, untuk kuliah lapangan bg para mahasiswa serta peneliti lainya. terimkasih neh dh mampir.

    #silaturrahimjalanterus

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Safety Patrol

Daftar Istilah dalam bidang Telco Indonesia

2015 Pre-Comm & Comm GS RFCC Cilacap